SAFWAN IDRIS
Prof Dr Safwan Idris (51), Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ar-Raniry, Banda Aceh, Sabtu (16/9) pagi ditembak dua orang tak dikenal yang datang ke rumahnya. Ulama tersebut segera dilarikan ke rumah sakit, namun kemudian mengembuskan napas terakhir. Segera setelah kejadian itu, masjid kampus melalui pengeras suara
mengumumkan berita duka itu. Ribuan mahasiswa dan staf pengajar kampus IAIN dan Universitas Syiah Kuala yang letaknya bersebelahan, datang ke rumah duka di kompleks perumahan dosen IAIN. Dari sana kemudian mereka menuju rumah Teungku Idris-ayah dari Safwan-yang letaknya sekitar 3 km dari kampus. Jasad Safwan disemayamkan di rumah Teungku Idris sebelum dikebumikan di pekuburan keluarga. Jalan utama menuju kampus sempat macet. Sejumlah mahasiswa malah berorasi di jembatan Lamnyong, mengutuk pembunuhan itu. "Aceh kehilangan lagi seorang tokoh yang tengah berjuang di bidangnya," tutur Penjabat Gubernur Aceh, Ramli Ridwan, yang memberi sambutan sebelum jenazah diberangkatkan ke peristirahatan terakhir. Teungku Idris, ayah Safwan menjadi imam shalat jenazah anaknya. Dia adalah ulama tua dan tokoh masyarakat Aceh Besar yang disegani. Dia pernah tampil di antara ribuan mahasiswa yang berdemonstrasi, mengumandangkan azan dengan tongkat di tangannya. Pada saat yang sama Safwan Idris juga berada di antara para mahasiswa yang tengah dihadang aparat keamanan di Lamnyong, 7 km dari pusat Kota Banda Aceh. Berbagai kalangan di Aceh, termasuk Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menyatakan sangat merasa kehilangan atas meninggalnya Safwan. Gubernur Ramli Ridwan mengaku, Safwan adalah teman berdiskusi yang baik. "Banyak buah pikiran beliau yang berguna. Almarhum adalah ulama, ilmuan dan tokoh panutan kita," katanya.Takdir Allah tak bisa ditolak," katanya. Sementara Ayah Muni, juru bicara GAM Aceh Rayek, mengatakan "bangsa Aceh" kehilangan tokoh yang amat disegani. GAM menolak keras kalau ada tuduhan yang menyatakan keterlibatan gerakan itu dalam kasus tersebut. "Di komando, kita mengibarkan bendera setengah tiang. Kami sangat berduka, karena ulama bangsa Aceh terus dibantai," kata Ayah Muni dengan suara bergetar Motif pembunuhan sejauh ini belum diketahui. Satu selongsong peluru senjata genggam disita polisi dari rumah Safwan. Menurut keterangan polisi dan pihak keluarga, dua pria yang datang ke rumah Safwan sekitar pukul 06.45 itu menggunakan satu sepeda motor. Saat mereka mengetuk pintu dan dipersilakan masuk ke ruang tamu oleh istrinya Hajjah Alawiyah, Safwan masih berada di depan komputer. Ia kemudian menemui tamunya. Namun tak lama kemudian, seisi rumah terkejut mendengar suara tembakan.Bagian leher dan rahangnya ditembusi peluru. Pelaku kemudian kabur dengan sepeda motor yang parkir di halaman rumah. Dia segera dilarikan ke rumah sakit umum dr Zainoel Abidin. Beberapa tetangga sempat melihat satu sepeda motor yang tidak terbaca nomor polisinya meluncur kencang setelah suara tembakan terdengar.
No comments:
Post a Comment